Tugas Kajian Prosa Fiksi
KAJIAN TEMA
CERPEN “CINTA TERAKHIR PANGERAN GENJI”
A.
HAKIKAT TEMA
Setelah selesai membaca sebuah karya
fiksi, misalnya roman Gadis Pantai,
bagi orang yang membaca roman atau novel, tidak hanya bertujuan semata-mata
mencari dan menikmati kehidupan cerita, biasanya akan segera menghadapkan diri
pada pertanyaan : apa sebenarnya yang ingin diungkapkan pengarang lewat cerita
itu, atau makna apakh yang dikandung sebuah novel dibalik cerita yang disajikan
itu. Hal-hal yang dipertanyakan itu, memang, pada umumnya tidak diungkapkan
secara eksplisit sehingga untuk memperolehnya diperlukan suatu penafsiran.
Mempertanyakan makna sebuah karya,
sebenarnya, juga berarti mempertanyakan tema. Setiap karya fiksi tentulah
mengandung dan atau menawarkan tema, namun apa isi tema itu sendiri tak mudah
ditunjukkan ia haruslah dipahani dan ditafsirkan melalui cerita dan data-data
yang lain, dan itu merupakan kegiatan yang sering tidak mudah dilakukan.
Kesulitan itu sejalan dengan kesulitan yang sering kita hadapi jika kita
diminta untuk mendefinisikan tema.
Untuk memperjelas masalah itu, kita
ambil sebagai contoh,misalnya, novel Salah
Asuhan. Makna yang dimaksud, untuk menyebut beberapa yang terpenting saja
adalah: (1) masalah kawin paksa –Hanafi dipaksa kawin dengan Rafiah oleh
ibunya, dengan alas an semacam “balas jasa” karna ayah Rafiah telah membiayai
sekolah Hanafi disamping keduanya masih sepupu; (2) masalah penolakan “paying”
(kebangsaan) sendiri– Hanafi lebih suka
menjadi warga bangsa (Negara) Belanda daripada tetap sebagai warga bangsa
Indonesia karna hal itu dianggapnya lebih bergengsi dan mencerminkan status
sosial; (3) masalah perkawinan antar bangsa, perkawinan campuran antara Barat
dan Timur – Hanafi kawin dengan Corrie, setelah sebelumnya menceraikan Rafiah,
dan hal itu (ditambah dengan makna ke dua) menyebabkan mereka tersisih sehingga
memicu munculnya banyak masalah – konflik ; (4) kesalahan mendidik anak dapat
berakibat fatal – Hanafi oleh ibunya disekolahkan secara Barat, maksudnya agar
lebih maju, namun ternyata ia menjadi bersikap sombong, kebarat-baratan, bahkan
lebih bersikap kebarat-baratan dari pada orang Barat sendiri, dan amat
memandang lemah bangsa sendiri.
Dari keempat makna tersebut dapat
dipertanyakan : makna yang manakah yang memiliki criteria tertentu, sehingga
dapat dianggap sebagai makna pokok, atau tema pokok, novel Salah Asuhan itu?
Berdasarkan kriteria bahwa makna
utama bersifat merasuki keseluruhan cerita, makna yang manakah yang dapat
dianggap sebagai tema pokok diantara keempat makna yang dikemukakan pada novel Salah Asuhan di atas? Apakah makna
pertama tentang Kawin Paksa merupakan
tema pokok seperti yang “dituduhkan” orang terhadap umumnya sastra Balai
Pustaka? Tampaknya bukan, sebab makna itu hanya sebagian kecil dari keseluruhan
peristiwa dengan cerita yang panjang. Apakah makna kedua tentang penolakan
kebangsaan sendiri merupakan tema pokok? Tampaknya ia juga bukan, sebab hal itu
hanya muncul dalam kaitannya dengan rencana pelaksanaan perkawinan Timur-Barat,
dan masih banyak makna lain yang tidak tersiratkan. Apakah makna ketiga tentang
perkawinan Timur-Barat merupakan tema pokok? Masalah ini walau memicu timbulnya
berbagai peristiwa-konflik, tampaknya juga merupakan tema utama. Sebab, masih
ada makna-makna lain yang tidak tercakup di dalamnya – termasuk masalah kawin
paksa, yang tidak seperti umumnya novel pada waktu itu, tidak menimbulkan sikap
antipasti pembaca, dan bahkan sebaliknya. Makna yang ke empat tentang kesalahan
mendidik anak, kiranya memiliki kemungkinan terbesar untuk dinyatakan sebagai
tema utama. Hal itu disebabkan berbagai peristiwa-konflik berawal dan
disebabkan sikap Hanafi yang kebarat-baratan dan memandand rendah bangsanya.
Dengan demikian, untuk menemukan tema
sebuah karya fiksi, ia harus di simpulkan dari sebuah cerita, tidak saja
berdasarkan bagian-bagian tertentu cerita. Tema walau sulit di tentukan secara
pasti, bukanlah makna yang “ di sembunyikan “, walau belum tentu juga di
lukiskan secara eksplisit. Tema sebagai makna pokok sebuah karya fiksi tidak
(secara sengaja) di sembunyikan karenajustru hal inilah yang di tawarkan kepada
pembaca. Namun, tema merupakan makna keseluruhan yang di dukung cerita, dengan
sendirinya ia akan “tersembunyi” di
balik cerita yang mendukungnya.
Sebagai sebuah makna, pada umumnya
tema tidak dilukiskan, paling tidak pelukisan yang secara langsung atau khusus.
Eksitensi dan atau kehadiran tema adalah terimplisit dan merasuki keseluruhan
cerita, dan inilah yang menyebabkan kecilnya kemungkinan pelukisan secara
langsung tersebut. Hal ini pulalah antara lain menyebabkan tidak mudahnya
penafsiran tema. Penafsiran tema (utama) diprasyarati oleh pemahaman cerita
secara keseluruhan. Namun, adakalanya dapat juga ditemukan adanya
kalimat-kalimat (atau: alinea-alinea, percakapan) tertentu yang dapat
ditafsirkan sebagai suatu yang mengandung tema pokok.
Tema, dengan demikian, dapat
dipandang sebagai dasar cerita, gagasan dasar umum, sebuah novel.gagasan dasar
umum inilah – yang tentunya telah ditentukan sebelumnya oleh pengarang – yang
dipergunakan untuk mengembangkan cerita. Dengan kata lain, cerita tentunya akan
“setia” mengikuti gagasan dasar umum yang telah ditetapkan sebelumnya sehingga
berbagai peristiwa-konflik dan pemilihan berbagai unsur intrinsik yang lain
seperti penokohan, pelataran, dan penyudutpandangan diusahakan mencerminkan
gagasan dasar umum tersebut. Jika dasar cerita telah ditetapkan – dilihat dari
sudut pengarang, misalnya ditulis dalam bentuk pernyataan – kerangka cerita,
perwatakan para tokoh dan lain-lain pun segera dapat terbayang. Walau demikian,
diakui oleh pengarang, pengembangan cerita itu sendiri tidak selalu sejalan
dengan kerangka pikiran semula, karena ide-ide cerita tidak jarang akan
berkembang sesuai dengan “kemauannya” sendiri.
Hal tersebut memperlihatkan bahwa
dasar (utama) cerita sekaligus berarti tujuan (utama) cerita. Jika pengembangan
cerita senantiasa “tunduk” pada dasar cerita, hal itu bertujuan agar dasar,
gagasan dasar umum, atau sesuatu yang ingin dikemukakan itu dapat diterima oleh
pembaca. Jika dilihat dari sudut pengarang dasar cerita dipakai sebagai panutan
pengembangan cerita, dilihat dari sudut pembaca ia akan bersifat sebaliknya.
Berdasarkan cerita yang dikembangkan itulah pembaca berusaha menafsirkan apa
dasar utama cerita itu, apa tema cerita itu, dan hal itu akan dilakuakan
berdasarkan detil-detil unsur yang terdapat dalam karya yang bersangkutan.
Tema sebuah karya sastra selalu
berkaitan dengan makna (pengalaman) kehidupan. Melalui karyanya itulah
pengarang menawarkan makna tertentu kehidupan, mengajak pembaca untuk melihat,
merasakan, dan menghayati makna (pengalaman) kehidupan tersebut dengan cara
memandang permasalahan itu sebagaimana ia memandangnya. Selesai membaca sebuah
cerita novel, mungkin sekali kita akan merasakan sesuatu yang belum dirasakan
sebelumnya, mungkin berupa keharuan, ikut merasakan penderitaan atau
kebahagiaan seperti yang dialami tokoh, atau berbagai reaksi emotif yang lain
yang dapat menyebabkan kita mengalami perubahan dalam menyikapi hidup dan
kehidupan ini.
A.
PENGERTIAN TEMA
Banyak
penjabaran tentang tema dan secara umum mengatakan bahwa tema adalah suatu
gagasan pokok atau ide pikiran dalam membuat suatu tulisan. Menurut Ensiklopedi
Sastra Indonesia, tema adalah gagasan, ide pokok, atau pokok persoalan yang
menjadi dasar cerita.
Tema
adalah inti dan fondasi awal dalam setiap cerita. Para pembaca pun banyak yang
menentukan pantas tidaknya suatu tulisan dibaca hanya degan melihat tema.
Semakin menarik temanya, cerita itu semakin memiliki nilai
lebih.
Memang
sering dijumpai kekeliruan dalam mengartikan sebuah tema. Ada yang menyamakan
tema dengan topik. Padahal, definisi keduanya jelas berbeda. Topik hanyalah pokok pembicaraan
yang ada dalam cerita, sedangkan tema adalah gagasan sentral, yaitu sesuatu
yang hendak diperjuangkan melalui karya tersebut.
Tema merupakan dasar cerita yang
paling penting dari seluruh cerita. Tanpa tema, sebuah cerita rekaan tidak ada
artinya sama sekali. Selain itu, tema juga merupakan tujuan cerita, atau ide
pokok di dalam suatu cerita yang merupakan patokan untuk membangun suatu
cerita. Dengan kata lain, tema adalah suatu unsur yang memandu seorang
pengarang sebagai ide utama atau pemikiran pokok, ke mana sebuah cerita akan
diarahkan. Robert Stanton menempatkan tema sebagai sebuah arti pusat dalam
cerita, yang disebut juga sebagai ide pusat dan Stanton juga menyatakan bahwa
tema cerita berhubungan dengan makna pengalaman hidupnya. Oleh karena itu, tema
menjadi salah satu unsur dan aspek cerita rekaan yang memberikan kekuatan dan
sekaligus sebagai unsur pemersatu kepada sebuah fakta dan alat-alat
penceritaan, yang mengungkapkan tentang kehidupan. Tema selalu dapat dirasakan
pada semua fakta dan alat penceritaan di sepanjang sebuah cerita rekaan.
Tema berasal dari bahasa Yunani
“thithenai”, berarti sesuatu yang telah diuraikan atau sesuatu yang telah
ditempatkan. Tema merupakan amanat utama yang disampaikan oleh penulis melalui
karangannya. Dalam karang mengarang, tema adalah pokok pikiran yang mendasari
karangan yang akan disusun. Dalam tulis menulis, tema adalah pokok bahasan yang
akan disusun menjadi tulisan. Tema ini yang akan menentukan arah tulisan atau
tujuan dari penulisan artikel itu. Menentukan tema berarti menentukan apa
masalah sebenarmya yang akan ditulis atau diuraikan oleh penulis.
Tema tidak dapat dipisahkan dari
permasalahan-permasalahan yang dikemukakan pengarang dalam karyanya sebab tema
selalu berkaitan dengan masalah (kehidupan) yang dikemukakan dalam cerita
rekaan tersebut. Akan tetapi tema tidak sama dengan masalah. Tema adalah suatu
(hal) yang berkaitan dengan pandangan, pendapat, ataupun sikap pengarang
tentang suatu masalah, sedangkan masalah adalah sesuatu hal yang haarus
diselesaikan. Sebuah tema pada dasarnya merupakan abstraksi dari suatu masalah.
Oleh karena itu, tema sebuah karya sastra haruslah diabstraksikan dari masalah
utama yang diungkapkan pengarang dalam karyanya.Tema merupakan persoalan utama
yang diungkapkan oleh seorang pengarang dalam sebuah karya sastra, seperti
cerpen, novel, ataupun suatu karya tulis. Tema juga dapat dikatakan sebagai
suatu gagasan pokok atau ide dalam membuat suatu tulisan.
Beberapa sumber mengatakan, pengertian
tema dalam karang-mengarang dapat dilihat dari dua sudut, yaitu dari sudut
karangan yang telah selesai dan dari proses penyusunan karangan itu sendiri.
Dilihat dari
sudut karangan yang telah selesai, tema adalah suatu amanat yang disampaikan
oleh penulis melalui karangannya. Sedangkan dari segi proses penulisan, tema
adalah suatu perumusan dari topic yang akan dijadikan landasan pembicaraan dan
tujuan yang akan dicapai melalui topic tadi. Hasil perumusan tema bisa
dinyatakan dalah sebuah kalimat singkat, tetapi dapat pula mengambil bentuk
berupa sebuah alinea, ikhtisar-ikhtisar, dan kadang-kadang ringkasan.
Panjang tema
tergantung dari berapa banyak hal yang akan disampaikan sebagai perincian dari
tujuan utama. Perbandingan antara tema dengan karangan dapat disamakan dengan
hubungan antara sebuah kalimat dan gagasan utama kalimat yang terdiri dari
subjek dan predikat. Begitu juga kedudukan tema secara konkrit dapat dilihat
dalama hubungan antara kalimat topic dan alinea. Kalimat topic merupakan tema
dari alinea itu, sedangkan kalimat lain hanya berfungsi untuk memperjelas
kalimat topic atau tema alinea tersebut.
Syarat-syarat
memilih tema yang baik antara lain:
1.
Tema menarik perhatian penulis.
Dapat membuat seorang penulis berusaha terus-menerus
untuk membuat tulisan atau karangan yang berkaitan dengan tema tersebut.
2. Tema
dikenal/diketahui dengan baik.
Maksudnya pengetahuan umum yang berhubungan dengan tema tersebut sudah
dimilki oleh penulis supaya lebih mudah dalam penulisan tulisan/karangan.
3. Bahan-bahannya dapat
diperoleh.
Sebuah tema yang baik harus dapat dipikirkan apakah bahannya cukup tersedia
di sekitar kita atau tidak. Bila cukup tersedia, hal ini memungkinkan penulis
untuk dapat memperolehnya kemudian mempelajari dan menguasai sepenuhnya.
4. Tema dibatasi ruang
lingkupnya.
Tema yang terlampau umum dan luas yang mungkin belum cukup kemampuannya
untuk menggarapnya akan lebih bijaksana kalau dibatasi ruang lingkupnya.
Tema
dapat dikesankan melalui:
1. Perwatakan
watak-watak dalam sesebuah cerita.
2. Peristiwa, kisah,
suasana dan unsur lain seperti nilai-nilai kemanusian dan kemasyarakatan yang
terdapat dalam cerita.
3. Persoalan-persoalan
yang disungguhkan dan kemudian mendapatkan pokok persoalannya secara
keseluruhan.
4. Plot cerita
Fungsi Sebuah Tema
Adanya tema
menjadi unsur paling penting dalam penyusunan sebuah cerita karena ia
menjadi pegangan pengarang dalam menentukan elemen struktural lain, seperti
plot, tokoh, dan latar.
Temalah yang
berperan sebagai titik awal yang menuntun pengarang dalam menciptakan dan
membentuk plot atau membawa tokoh menjadi serasa hidup. Ada
pun fungsi terpenting tema dalam sebuah cerita adalah menjadi elemen penyatu
terakhir keseluruhan cerita.
Selain itu,
fungsi tema yang lain adalah melayani visi. Visi di sini yaitu tanggapan total
pengarang terhadap pengalaman hidup dan hubunganya dengan jagat raya. Yaitu,
pengarang dapat menciptakan dunia fiksional yang membawa pembacanya seolah-olah
sedang mengalami kejadian dalam cerita. Pembaca pun dapat melihat pengalaman
hidup orang lain lewat kacamata pengarang.
Jenis-jenis
Tema
Tema
memang banyak jenisnya. Secara umum, dapat diklasifikasikan berdasarkan pokok
pembicaraan, ketradisian, dan cakupan.
1. Berdasarkan Pokok Pembicaraan
- Tema Jasmaniah (Physical)
Tema
ini berkaitan dengan keadaan jasmani manusia, yaitu mempunyai fokus pada manusia
sebagai molekul, zat, dan jasad.
- Tema Organik (Moral)
Tema
ini mencakup hal-hal yang berhubungan dengan moral manusia, misalnya tentang hubungan
antarmanusia, antarpria dan wanita.
- Tema Sosial
Tema
ini mencakup masalah sosial, yaitu hal-hal di luar masalah pribadi.
Lebih jelasnya, dalam tema ini, dibahas mengenai kehidupan manusia sebagai
makhluk sosial, yaitu interaksinya dengan masyarakat.
- Tema Egoik
Tema
ini mencakup reaksi-reaksi pribadi manusia sebagai individu yang senantiasa menuntut
pengakuan atas hak individualitasnya. Tentunya, dalam kedudukannya sebagai
makhluk individu, manusia mempunyai permasalahan dan konflik, misalnya
perbedaan pendapat. Itulah yang menjadi kajian dalam tema ini.
- Tema Ketuhanan (Divine)
Tema
ini mencakup kondisi dan situasi manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan,
yaitu hubungan antara manusia dengan Tuhannya.
2. Berdasarkan Ketradisian
- Tema Tradisional
Tema
ini sangat berkaitan dengan kejahatan dan kebenaran. Tema ini disukai pembaca
karena akan menggambarkan bahwa kebenaran pada akhirnya selalu menang melawan kejahatan.
- Tema Nontradisional
Tema
ini mempunyai ide utama yang melawan arus atau tidak lazim. Dalam cerita yang
mengambil tema ini, kadang mengecewakan pembaca karena jalan ceritanya tidak
sesuai harapannya. Tidak seperti pada cerita bertema tradisional, dalam cerita ini kadang yang jahat malah
mampu mengalahkan yang baik.
3. Berdasarkan Cakupan
- Tema Pokok (Tema Mayor)
Pada
tema ini, makna pokok cerita yang menjadi gagasan umum tidak hanya
terdapat dalam bagian tertentu, tetapi terdapat dalam keseluruhan bagian.
- Tema Tambahan (Tema Minor)
KAJIAN
TEMA CERPEN “CINTA TERAKHIR PANGERAN GENJI”
Ringkasan Cerpen “Cinta Terakhir Pangaran Genji”
Pangeran Genji yang sempat menghebohkan Benua Asia karena
kepiawaiannya menaklukan hati wanita menyadari dan menyesali segala
perbuatannya ketika ia telah menyongsong ajal diusianya yang ke-50 tahun. Ia
pun mengingat kenangan bersama istri keduanya (Murasuki, Putri Violet) yang
sangat ia cintai (meskipun pada saat bersamaan ia banyak melakukan tindak
ketidaksetiaan) telah mendahuluinya kesalah satu surga. Kenangannya berlanjut
pada Istri ketiganya, Putri-Istana-Barat berselingkuh dengan seorang kerabat yang
masih muda, lakon tersebut kembali tergelar sama seperti ketika ia belia dan
berlaku serong dengan istri ayahandanya, ratu yang masih berusia remaja pada
saat itu.
Menyadari akan hal tersebut, maka ia memutuskan untuk
membagi-bagikan harta kekayaannya, menghentikan hamba-hambanya, lalu memutuskan
untuk menghabiskan akhir hayatnya di sebuah pertapaan yang dibangun di lereng
gunung, yang memerlukan waktu tiga hari menempuh perjalanan. Laki-laki yang
berbudi bahasa halus ini akhirnya dapat menikmati kemewahan tertinggi, yaitu
hidup tanpa sesuatu apapun.
Waktu berselang, dan gunung-gunung pun mulai
tertutupi oleh salju yang begitu dingin. Dalam pertapaannya Genji, dari pagi
buta hingga senja, dalam temaramnya cahaya anglo, ia membaca kitab Suci dan
menemukan kesegaran dalam ayat-ayat yang tidak ia dapatkan dalam sajak-sajak
asmara yang paling mengharukan. Segera ia merasakan, penglihatannya mulai
berkurang. Sesekali datang utusan dari ibukota yang ingin bertemu dan
menanyakan keadaannya,namun, Genji khawatir akan menyebabkan tamu-tamunya
menaruh iba atau hormat kepadanya, dan itu merupakan hal yang paling
dibencinya. Jauh lebih baik jika ia dilupakan.
Dalam keterasingannya berkali-kali mantan selirnya
(Putri-Desa-Bunga-Rontok) yang setia mencintai pangeran Genji tanpa jemu
menderita, sesekali mengunjunginya pada malam hari. Dari jauh ia mengawasi
perkembangan penglihatan pangeran Genji, seperti seorang perempuan yang tidak
sabar ingin bertemu kekasihnya, menantikan malam gelap.
Saat mendengar Genji hampir benar-benar buta, ia
menanggalkan pakaian kotanya lalu mengenakan jubah pendek dan kasar seperti
yang lazim dipakai oleh petani-petani muda, dan mengepang rambutnya gaya gadis
ladang. Dengan penuh kepura-puraan ia memohon iba agar Pangeran Genji mau
membawanya ke pondokannya. Namun karena segala kecerobohan yang dibuatnya, maka
penyamarannya pun di ketahui oleh Pangeran Genji. Selama berminggu-minggu
kemudian Genji tinggal seorang diri, dan ia menyesali bahwa dirinya masih terlibat
dalam tipu dunia.
Dua bulan kemudian Putri Desa Bunga Rontok kembali
mencoba, kali ini berdandan dan mengoleskan wewangian dengan sangat hati-hati,
dengan demikian ia akan mendapat kesan bahwa dirinya seorang perempuan muda
tanpa daya khayal, berasal dari marga terhormat di daerah dan belum pernah
melihat istana. Singkat cerita, Putri pun dapat masuk dan tinggal di Pondokkan
Genji. Putri pun menyanyikan sebuah lagu cinta kesukaan pangeran. Dahulu ia
sering mendengarkan lagu itu dilantunkan oleh Putri Violet. Sang pangeran
seketika menjadi resah, beringsut-ingsut. Maka Putri dalam penyamaran barunya
menjadi kekasih Pangeran Genji yang dahulu pernah memilikinya.
Namun, untuk kesekian kalinya Putri membuat hal yang
ceroboh, tetapi pangeran Genji tidak berkata akan mengusirnya.
Putri tak henti-hentinya memukau pangeran genji dengan
daya pesona yang sama yang dahulu ia tunjukan di pavilium gudik kelima.Namun
laki-laki yang seumur hidupnya selalu mencari pengalaman paling istimewa
sekaligus paling getir itu, hanya merasakan sebagai keakraban baru dan
mengibakan hati, terjalin diantara dua makhluk dalam kelembutan cinta.
Genji pun berkata kepada putri bahwa “kau mengingatkanku
pada putri biru; istri pertamaku, yang cintanya baru kuyakini ketika sehari
setelah kematiannya. Kau juga mengingatkanku pada Putri
dari-Pavilyun-Volubilis, yang meninggal dalam pelukanku karena rasa cemburunya,
yang tidak ingin bersaing dalam mencintaiku. kau pun mengingatkanku pada ibu
tirin yang teramat cantik dan istri yang teramat muda. Mereka semua telah
mengajarkan dirinya arti penderitaan saat harus berselingkuh atau sebaliknya
menjadi korban ketidaksetiaan.” Dari sekian banyak nama yang mengisi kenangan
Pangeran Genji, hanya satu nama yang tidak ia ingat, yaitu nama
Putri-Desa-Bunga-Rontok.
*********
Tema-tema yang terdapat dalam cerpen “Cinta Terakhir Pangeran Genji” tersebut adalah
*Tema Bawahan
Perayu wanita (tema organik (moral)) ; ketika Pangeran Genji
sang cemerlang-perayu wanita, terhebat yang pernah menghebohkan Benua Asia-mencapai
umur lima puluh tahun, ia menyadari saat menyongsong ajal telah tiba.
Karma (tema yang berhubungan dengan ketuhanan); Istriny yang
ke-3 Putri Istana Barat berselingkuh dengan seorang kerabat yang masih muda,
perbuatan yang sama ia lakukan semasa belia, ketika ia berlaku serong dengan
istri ayahandanya, Ratu yang masih berusia remaja.
Pengasingan Diri (tema egoik); Ia lalu membagi-bagi harta kekayaannya,
menghentikan hamba-hambanya, lalu bersiap menghabiskan akhir hayatnya di sebuah
pertapaan yang di bangun di lereng gunung. Di perlukan waktu selama 3 hari
untuk mencapai pertapaan yang terletak di jantung keliaraan pedesaan, rumah
kecil itu berdiri di bawa sebuah pohon ’erable yang telah berumur lebih dari
seratus tahun.
Insafnya Pangeran Genji (ketuhanan); Dari pagi buta hingga senja
dalam temarannya cahaya anglo, Genji membaaca kitab suci dan menemukan
kesegaran dalam ayat-ayat yang ia tidak dapatkan dalam sajak-sajak asmara yang
paling mengharukan. Segera ia merasakan penglihatannya mulai berkurang, matanya
esakan terbakar oleh air mata yang pernah ia curahkan bagi kekasih-kekasihnya
yang rapuh, ia pun sadar, sebelum melepas nyawanya, kegelapan akan meliputi
dirinya.
Mengejar Cinta Pangeran Genji (tema organik (moral)); Putri
Desa-Bunga-Rontok selama delapan belas tahun mencintai pangerannya tanpa jemu
menderita, dan untuk pertama kalinya ia menyewa kereta kuda sederhana, dan
minta di antarkan ke pondok pangeran dalam keterasingan. Dengan malu- malu ia
mendorong pintu yang terbuat dari anyaman dahan, kemudian ia berlutut dengan
tawa kecil penuh kerendahan hati untuk meminta maaf atas keberadaannya. Dengan
sepenuh hati Putri memohon agar Genji
mau menahannya di tempat itu, dan untuk pertama kalinya pangeran Genji tidak
menunjukan rasa iba bahkan mengusirnya.
Penyamaran Putri Bunga-Rontok (tema social); Saat mendengar Genji hamper
benar-benar buta ia meninggalkan pakaian kotanya lalu mengenakan jubah pendek
dan kasar seperti yang lazim di pakai oleh petani-petani muda, dan mengepang
rambutnya gaya gadis ladang. Ia menggendong bungkusan penuh kain dan gerabah
seperti yang biasa di jual di pasar pedesaan. Dengan dandanan seperti itulah ia
minta di antar ke tempat lelaki yang dengan suka rela mengasingkan diri (
Pangeran Genji ). Untuk menyelesaikan bagian terakhir perjalananya Ia berjalan
kaki agar lumpur dan keletihan membantunya memainkan perannya. Namun tetap saja
penyamarannya diketahui Oleh Pangeran Genji. Genji terhuyung-huyung bangkit
seperti sebatang cemaraya goyang karena terlilit musim dingin dan angin. Ia
berteriak dengan suara nyaring, “celakalah kau” kau dating untuk mengingatkan
diriku pada kenangan-kenangan akan musuhku yang paling dahsyat, enyahlah
kau……Maka pergilah Putri Desa-Bunga-Rontok dengan rasa sesal karena kesalahan
yang dibuatnya. Ia pun menyesali akan tindakan buruknya dimasa lalu, berbalik
Ia rasakan pula. Ketika istri ketiganya Putri Istana Barat berselingkuh dengan
seorang kerabat yang masih muda. Perbuatan yang sama Ia lakukan semasa belia
ketika Ia berlaku serong dengan istri ayahandanya, ratu yang masih remaja.
Pantang
menyerah (egoik); Dua
bulan kemudian, Putri Desa-Bunga-Rontok kembali mencoba. Kali ini Ia berdandan
dan mengoleskan wewangian dengan sangat hati-hati. Dengan demikian orang lain
akan mendapat kesan bahwa dirinya seorang perempuan muda tanpa daya khayal,
berasal dari marga terhormat di daerah dan belum pernah melihat istana.
Penyesalan
(tema
ketuhanan); Penyesalan Pangeran Genji akan masa lalulnya. Ia menyadari akan
segala perbuatan dimasa lalunya ketika mencapai umur lima puluh tahun, saat
ajal mulai menyongsong. Ia teringat akan istri keduanya “Murasuki, Putri
Violet” yang sangat Ia cintai (kendati pada saat memperistri Putri Violet
melakukan banyak tindak ketidaksetiaan) telah mendahuluinya ke salah satu
surga.
Nama
yang terlupakan (egoik);
Putri Desa-Bunga-Rontok menghempaskan tubuhnya ke lantai sambil melolong tanpa
dapat menahan diri. Bagai hujan badai, air matanya yang asin merusak pipyainya.
Ia lalu menggenggam dan menyentakkan rambutnya, yang berhamburan seperti
bulu-bulu sutra. Satu-satunya nama yang terlupakan oleh pangeran Genji adalah
namanya.
·
Tema
pokok (mayor)
Cinta tak terbalas
Dalam
penggambaran tema tersebut, penulis cerpen mnggambarkan tema secara eksplisit,
atau tidak disebutkan secara langsung, tetapi secara tersirat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar