Rabu, 06 Juni 2012

Kajian Prosa Fiksi



Tugas Kajian Prosa Fiksi

KAJIAN TEMA CERPEN “CINTA TERAKHIR PANGERAN GENJI”



 




A.        HAKIKAT TEMA
Setelah selesai membaca sebuah karya fiksi, misalnya roman Gadis Pantai, bagi orang yang membaca roman atau novel, tidak hanya bertujuan semata-mata mencari dan menikmati kehidupan cerita, biasanya akan segera menghadapkan diri pada pertanyaan : apa sebenarnya yang ingin diungkapkan pengarang lewat cerita itu, atau makna apakh yang dikandung sebuah novel dibalik cerita yang disajikan itu. Hal-hal yang dipertanyakan itu, memang, pada umumnya tidak diungkapkan secara eksplisit sehingga untuk memperolehnya diperlukan suatu penafsiran.
Mempertanyakan makna sebuah karya, sebenarnya, juga berarti mempertanyakan tema. Setiap karya fiksi tentulah mengandung dan atau menawarkan tema, namun apa isi tema itu sendiri tak mudah ditunjukkan ia haruslah dipahani dan ditafsirkan melalui cerita dan data-data yang lain, dan itu merupakan kegiatan yang sering tidak mudah dilakukan. Kesulitan itu sejalan dengan kesulitan yang sering kita hadapi jika kita diminta untuk mendefinisikan tema.
Untuk memperjelas masalah itu, kita ambil sebagai contoh,misalnya, novel Salah Asuhan. Makna yang dimaksud, untuk menyebut beberapa yang terpenting saja adalah: (1) masalah kawin paksa –Hanafi dipaksa kawin dengan Rafiah oleh ibunya, dengan alas an semacam “balas jasa” karna ayah Rafiah telah membiayai sekolah Hanafi disamping keduanya masih sepupu; (2) masalah penolakan “paying” (kebangsaan) sendiri–  Hanafi lebih suka menjadi warga bangsa (Negara) Belanda daripada tetap sebagai warga bangsa Indonesia karna hal itu dianggapnya lebih bergengsi dan mencerminkan status sosial; (3) masalah perkawinan antar bangsa, perkawinan campuran antara Barat dan Timur – Hanafi kawin dengan Corrie, setelah sebelumnya menceraikan Rafiah, dan hal itu (ditambah dengan makna ke dua) menyebabkan mereka tersisih sehingga memicu munculnya banyak masalah – konflik ; (4) kesalahan mendidik anak dapat berakibat fatal – Hanafi oleh ibunya disekolahkan secara Barat, maksudnya agar lebih maju, namun ternyata ia menjadi bersikap sombong, kebarat-baratan, bahkan lebih bersikap kebarat-baratan dari pada orang Barat sendiri, dan amat memandang lemah bangsa sendiri.
Dari keempat makna tersebut dapat dipertanyakan : makna yang manakah yang memiliki criteria tertentu, sehingga dapat dianggap sebagai makna pokok, atau tema pokok, novel Salah Asuhan itu?
Berdasarkan kriteria bahwa makna utama bersifat merasuki keseluruhan cerita, makna yang manakah yang dapat dianggap sebagai tema pokok diantara keempat makna yang dikemukakan pada novel Salah Asuhan di atas? Apakah makna pertama tentang Kawin Paksa merupakan tema pokok seperti yang “dituduhkan” orang terhadap umumnya sastra Balai Pustaka? Tampaknya bukan, sebab makna itu hanya sebagian kecil dari keseluruhan peristiwa dengan cerita yang panjang. Apakah makna kedua tentang penolakan kebangsaan sendiri merupakan tema pokok? Tampaknya ia juga bukan, sebab hal itu hanya muncul dalam kaitannya dengan rencana pelaksanaan perkawinan Timur-Barat, dan masih banyak makna lain yang tidak tersiratkan. Apakah makna ketiga tentang perkawinan Timur-Barat merupakan tema pokok? Masalah ini walau memicu timbulnya berbagai peristiwa-konflik, tampaknya juga merupakan tema utama. Sebab, masih ada makna-makna lain yang tidak tercakup di dalamnya – termasuk masalah kawin paksa, yang tidak seperti umumnya novel pada waktu itu, tidak menimbulkan sikap antipasti pembaca, dan bahkan sebaliknya. Makna yang ke empat tentang kesalahan mendidik anak, kiranya memiliki kemungkinan terbesar untuk dinyatakan sebagai tema utama. Hal itu disebabkan berbagai peristiwa-konflik berawal dan disebabkan sikap Hanafi yang kebarat-baratan dan memandand rendah bangsanya.
Dengan demikian, untuk menemukan tema sebuah karya fiksi, ia harus di simpulkan dari sebuah cerita, tidak saja berdasarkan bagian-bagian tertentu cerita. Tema walau sulit di tentukan secara pasti, bukanlah makna yang “ di sembunyikan “, walau belum tentu juga di lukiskan secara eksplisit. Tema sebagai makna pokok sebuah karya fiksi tidak (secara sengaja) di sembunyikan karenajustru hal inilah yang di tawarkan kepada pembaca. Namun, tema merupakan makna keseluruhan yang di dukung cerita, dengan sendirinya ia akan “tersembunyi”  di balik cerita yang mendukungnya.
Sebagai sebuah makna, pada umumnya tema tidak dilukiskan, paling tidak pelukisan yang secara langsung atau khusus. Eksitensi dan atau kehadiran tema adalah terimplisit dan merasuki keseluruhan cerita, dan inilah yang menyebabkan kecilnya kemungkinan pelukisan secara langsung tersebut. Hal ini pulalah antara lain menyebabkan tidak mudahnya penafsiran tema. Penafsiran tema (utama) diprasyarati oleh pemahaman cerita secara keseluruhan. Namun, adakalanya dapat juga ditemukan adanya kalimat-kalimat (atau: alinea-alinea, percakapan) tertentu yang dapat ditafsirkan sebagai suatu yang mengandung tema pokok.
Tema, dengan demikian, dapat dipandang sebagai dasar cerita, gagasan dasar umum, sebuah novel.gagasan dasar umum inilah – yang tentunya telah ditentukan sebelumnya oleh pengarang – yang dipergunakan untuk mengembangkan cerita. Dengan kata lain, cerita tentunya akan “setia” mengikuti gagasan dasar umum yang telah ditetapkan sebelumnya sehingga berbagai peristiwa-konflik dan pemilihan berbagai unsur intrinsik yang lain seperti penokohan, pelataran, dan penyudutpandangan diusahakan mencerminkan gagasan dasar umum tersebut. Jika dasar cerita telah ditetapkan – dilihat dari sudut pengarang, misalnya ditulis dalam bentuk pernyataan – kerangka cerita, perwatakan para tokoh dan lain-lain pun segera dapat terbayang. Walau demikian, diakui oleh pengarang, pengembangan cerita itu sendiri tidak selalu sejalan dengan kerangka pikiran semula, karena ide-ide cerita tidak jarang akan berkembang sesuai dengan “kemauannya” sendiri.
Hal tersebut memperlihatkan bahwa dasar (utama) cerita sekaligus berarti tujuan (utama) cerita. Jika pengembangan cerita senantiasa “tunduk” pada dasar cerita, hal itu bertujuan agar dasar, gagasan dasar umum, atau sesuatu yang ingin dikemukakan itu dapat diterima oleh pembaca. Jika dilihat dari sudut pengarang dasar cerita dipakai sebagai panutan pengembangan cerita, dilihat dari sudut pembaca ia akan bersifat sebaliknya. Berdasarkan cerita yang dikembangkan itulah pembaca berusaha menafsirkan apa dasar utama cerita itu, apa tema cerita itu, dan hal itu akan dilakuakan berdasarkan detil-detil unsur yang terdapat dalam karya yang bersangkutan.
Tema sebuah karya sastra selalu berkaitan dengan makna (pengalaman) kehidupan. Melalui karyanya itulah pengarang menawarkan makna tertentu kehidupan, mengajak pembaca untuk melihat, merasakan, dan menghayati makna (pengalaman) kehidupan tersebut dengan cara memandang permasalahan itu sebagaimana ia memandangnya. Selesai membaca sebuah cerita novel, mungkin sekali kita akan merasakan sesuatu yang belum dirasakan sebelumnya, mungkin berupa keharuan, ikut merasakan penderitaan atau kebahagiaan seperti yang dialami tokoh, atau berbagai reaksi emotif yang lain yang dapat menyebabkan kita mengalami perubahan dalam menyikapi hidup dan kehidupan ini.



A.   PENGERTIAN TEMA
Banyak penjabaran tentang tema dan secara umum mengatakan bahwa tema adalah suatu gagasan pokok atau ide pikiran dalam membuat suatu tulisan. Menurut Ensiklopedi Sastra Indonesia, tema adalah gagasan, ide pokok, atau pokok persoalan yang menjadi dasar cerita.
Tema adalah inti dan fondasi awal dalam setiap cerita. Para pembaca pun banyak yang menentukan pantas tidaknya suatu tulisan dibaca hanya degan melihat tema. Semakin menarik temanya, cerita itu semakin memiliki nilai lebih.
Memang sering dijumpai kekeliruan dalam mengartikan sebuah tema. Ada yang menyamakan tema dengan topik. Padahal, definisi keduanya jelas berbeda. Topik hanyalah pokok pembicaraan yang ada dalam cerita, sedangkan tema adalah gagasan sentral, yaitu sesuatu yang hendak diperjuangkan melalui karya tersebut.
Tema merupakan dasar cerita yang paling penting dari seluruh cerita. Tanpa tema, sebuah cerita rekaan tidak ada artinya sama sekali. Selain itu, tema juga merupakan tujuan cerita, atau ide pokok di dalam suatu cerita yang merupakan patokan untuk membangun suatu cerita. Dengan kata lain, tema adalah suatu unsur yang memandu seorang pengarang sebagai ide utama atau pemikiran pokok, ke mana sebuah cerita akan diarahkan. Robert Stanton menempatkan tema sebagai sebuah arti pusat dalam cerita, yang disebut juga sebagai ide pusat dan Stanton juga menyatakan bahwa tema cerita berhubungan dengan makna pengalaman hidupnya. Oleh karena itu, tema menjadi salah satu unsur dan aspek cerita rekaan yang memberikan kekuatan dan sekaligus sebagai unsur pemersatu kepada sebuah fakta dan alat-alat penceritaan, yang mengungkapkan tentang kehidupan. Tema selalu dapat dirasakan pada semua fakta dan alat penceritaan di sepanjang sebuah cerita rekaan.
Tema berasal dari bahasa Yunani “thithenai”, berarti sesuatu yang telah diuraikan atau sesuatu yang telah ditempatkan. Tema merupakan amanat utama yang disampaikan oleh penulis melalui karangannya. Dalam karang mengarang, tema adalah pokok pikiran yang mendasari karangan yang akan disusun. Dalam tulis menulis, tema adalah pokok bahasan yang akan disusun menjadi tulisan. Tema ini yang akan menentukan arah tulisan atau tujuan dari penulisan artikel itu. Menentukan tema berarti menentukan apa masalah sebenarmya yang akan ditulis atau diuraikan oleh penulis.
Tema tidak dapat dipisahkan dari permasalahan-permasalahan yang dikemukakan pengarang dalam karyanya sebab tema selalu berkaitan dengan masalah (kehidupan) yang dikemukakan dalam cerita rekaan tersebut. Akan tetapi tema tidak sama dengan masalah. Tema adalah suatu (hal) yang berkaitan dengan pandangan, pendapat, ataupun sikap pengarang tentang suatu masalah, sedangkan masalah adalah sesuatu hal yang haarus diselesaikan. Sebuah tema pada dasarnya merupakan abstraksi dari suatu masalah. Oleh karena itu, tema sebuah karya sastra haruslah diabstraksikan dari masalah utama yang diungkapkan pengarang dalam karyanya.Tema merupakan persoalan utama yang diungkapkan oleh seorang pengarang dalam sebuah karya sastra, seperti cerpen, novel, ataupun suatu karya tulis. Tema juga dapat dikatakan sebagai suatu gagasan pokok atau ide dalam membuat suatu tulisan.
Beberapa sumber mengatakan, pengertian tema dalam karang-mengarang dapat dilihat dari dua sudut, yaitu dari sudut karangan yang telah selesai dan dari proses penyusunan karangan itu sendiri.
Dilihat dari sudut karangan yang telah selesai, tema adalah suatu amanat yang disampaikan oleh penulis melalui karangannya. Sedangkan dari segi proses penulisan, tema adalah suatu perumusan dari topic yang akan dijadikan landasan pembicaraan dan tujuan yang akan dicapai melalui topic tadi. Hasil perumusan tema bisa dinyatakan dalah sebuah kalimat singkat, tetapi dapat pula mengambil bentuk berupa sebuah alinea, ikhtisar-ikhtisar, dan kadang-kadang ringkasan.
Panjang tema tergantung dari berapa banyak hal yang akan disampaikan sebagai perincian dari tujuan utama. Perbandingan antara tema dengan karangan dapat disamakan dengan hubungan antara sebuah kalimat dan gagasan utama kalimat yang terdiri dari subjek dan predikat. Begitu juga kedudukan tema secara konkrit dapat dilihat dalama hubungan antara kalimat topic dan alinea. Kalimat topic merupakan tema dari alinea itu, sedangkan kalimat lain hanya berfungsi untuk memperjelas kalimat topic atau tema alinea tersebut.
Syarat-syarat memilih tema yang baik antara lain:
1.    Tema menarik perhatian penulis.
Dapat membuat seorang penulis berusaha terus-menerus untuk membuat tulisan atau karangan yang berkaitan dengan tema tersebut.
2. Tema dikenal/diketahui dengan baik.
Maksudnya pengetahuan umum yang berhubungan dengan tema tersebut sudah dimilki oleh penulis supaya lebih mudah dalam penulisan tulisan/karangan.
3. Bahan-bahannya dapat diperoleh.
Sebuah tema yang baik harus dapat dipikirkan apakah bahannya cukup tersedia di sekitar kita atau tidak. Bila cukup tersedia, hal ini memungkinkan penulis untuk dapat memperolehnya kemudian mempelajari dan menguasai sepenuhnya.
4. Tema dibatasi ruang lingkupnya.
Tema yang terlampau umum dan luas yang mungkin belum cukup kemampuannya untuk menggarapnya akan lebih bijaksana kalau dibatasi ruang lingkupnya.
Tema dapat dikesankan melalui:
1. Perwatakan watak-watak dalam sesebuah cerita.
2. Peristiwa, kisah, suasana dan unsur lain seperti nilai-nilai kemanusian dan kemasyarakatan yang terdapat dalam cerita.
3. Persoalan-persoalan yang disungguhkan dan kemudian mendapatkan pokok persoalannya secara keseluruhan.
4. Plot cerita
Fungsi Sebuah Tema
Adanya tema menjadi unsur paling penting dalam penyusunan sebuah cerita karena ia menjadi pegangan pengarang dalam menentukan elemen struktural lain, seperti plot, tokoh, dan latar.
Temalah yang berperan sebagai titik awal yang menuntun pengarang dalam menciptakan dan membentuk plot atau membawa tokoh menjadi serasa hidup. Ada pun fungsi terpenting tema dalam sebuah cerita adalah menjadi elemen penyatu terakhir keseluruhan cerita.
Selain itu, fungsi tema yang lain adalah melayani visi. Visi di sini yaitu tanggapan total pengarang terhadap pengalaman hidup dan hubunganya dengan jagat raya. Yaitu, pengarang dapat menciptakan dunia fiksional yang membawa pembacanya seolah-olah sedang mengalami kejadian dalam cerita. Pembaca pun dapat melihat pengalaman hidup orang lain lewat kacamata pengarang.
Jenis-jenis Tema
Tema memang banyak jenisnya. Secara umum, dapat diklasifikasikan berdasarkan pokok pembicaraan, ketradisian, dan cakupan.
1. Berdasarkan Pokok Pembicaraan
  • Tema Jasmaniah (Physical)
Tema ini berkaitan dengan keadaan jasmani manusia, yaitu mempunyai fokus pada manusia sebagai molekul, zat, dan jasad.
  • Tema Organik (Moral)
Tema ini mencakup hal-hal yang berhubungan dengan moral manusia, misalnya tentang hubungan antarmanusia, antarpria dan wanita.
  • Tema Sosial
Tema ini mencakup masalah sosial, yaitu hal-hal di luar masalah pribadi. Lebih jelasnya, dalam tema ini, dibahas mengenai kehidupan manusia sebagai makhluk sosial, yaitu interaksinya dengan masyarakat.
  • Tema Egoik
Tema ini mencakup reaksi-reaksi pribadi manusia sebagai individu yang senantiasa menuntut pengakuan atas hak individualitasnya. Tentunya, dalam kedudukannya sebagai makhluk individu, manusia mempunyai permasalahan dan konflik, misalnya perbedaan pendapat. Itulah yang menjadi kajian dalam tema ini.
  • Tema Ketuhanan (Divine)
Tema ini mencakup kondisi dan situasi manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan, yaitu hubungan antara manusia dengan Tuhannya.
2. Berdasarkan Ketradisian
  • Tema Tradisional
Tema ini sangat berkaitan dengan kejahatan dan kebenaran. Tema ini disukai pembaca karena akan menggambarkan bahwa kebenaran pada akhirnya selalu menang melawan kejahatan.
  • Tema Nontradisional
Tema ini mempunyai ide utama yang melawan arus atau tidak lazim. Dalam cerita yang mengambil tema ini, kadang mengecewakan pembaca karena jalan ceritanya tidak sesuai harapannya. Tidak seperti pada cerita bertema tradisional, dalam cerita ini kadang yang jahat malah mampu mengalahkan yang baik.
3. Berdasarkan Cakupan
  • Tema Pokok (Tema Mayor)
Pada tema ini, makna pokok cerita yang menjadi gagasan umum tidak hanya terdapat dalam bagian tertentu, tetapi terdapat dalam keseluruhan bagian.
  • Tema Tambahan (Tema Minor)
Pada tema ini, makna pokok cerita yang menjadi gagasan umum hanya terdapat pada bagian tertentu.

KAJIAN TEMA CERPEN “CINTA TERAKHIR PANGERAN GENJI”
Ringkasan Cerpen “Cinta Terakhir Pangaran Genji”
Pangeran Genji yang sempat menghebohkan Benua Asia karena kepiawaiannya menaklukan hati wanita menyadari dan menyesali segala perbuatannya ketika ia telah menyongsong ajal diusianya yang ke-50 tahun. Ia pun mengingat kenangan bersama istri keduanya (Murasuki, Putri Violet) yang sangat ia cintai (meskipun pada saat bersamaan ia banyak melakukan tindak ketidaksetiaan) telah mendahuluinya kesalah satu surga. Kenangannya berlanjut pada Istri ketiganya, Putri-Istana-Barat berselingkuh dengan seorang kerabat yang masih muda, lakon tersebut kembali tergelar sama seperti ketika ia belia dan berlaku serong dengan istri ayahandanya, ratu yang masih berusia remaja pada saat itu.
Menyadari akan hal tersebut, maka ia memutuskan untuk membagi-bagikan harta kekayaannya, menghentikan hamba-hambanya, lalu memutuskan untuk menghabiskan akhir hayatnya di sebuah pertapaan yang dibangun di lereng gunung, yang memerlukan waktu tiga hari menempuh perjalanan. Laki-laki yang berbudi bahasa halus ini akhirnya dapat menikmati kemewahan tertinggi, yaitu hidup tanpa sesuatu apapun.
Waktu berselang, dan gunung-gunung pun mulai tertutupi oleh salju yang begitu dingin. Dalam pertapaannya Genji, dari pagi buta hingga senja, dalam temaramnya cahaya anglo, ia membaca kitab Suci dan menemukan kesegaran dalam ayat-ayat yang tidak ia dapatkan dalam sajak-sajak asmara yang paling mengharukan. Segera ia merasakan, penglihatannya mulai berkurang. Sesekali datang utusan dari ibukota yang ingin bertemu dan menanyakan keadaannya,namun, Genji khawatir akan menyebabkan tamu-tamunya menaruh iba atau hormat kepadanya, dan itu merupakan hal yang paling dibencinya. Jauh lebih baik jika ia dilupakan.
Dalam keterasingannya berkali-kali mantan selirnya (Putri-Desa-Bunga-Rontok) yang setia mencintai pangeran Genji tanpa jemu menderita, sesekali mengunjunginya pada malam hari. Dari jauh ia mengawasi perkembangan penglihatan pangeran Genji, seperti seorang perempuan yang tidak sabar ingin bertemu kekasihnya, menantikan malam gelap.
Saat mendengar Genji hampir benar-benar buta, ia menanggalkan pakaian kotanya lalu mengenakan jubah pendek dan kasar seperti yang lazim dipakai oleh petani-petani muda, dan mengepang rambutnya gaya gadis ladang. Dengan penuh kepura-puraan ia memohon iba agar Pangeran Genji mau membawanya ke pondokannya. Namun karena segala kecerobohan yang dibuatnya, maka penyamarannya pun di ketahui oleh Pangeran Genji. Selama berminggu-minggu kemudian Genji tinggal seorang diri, dan ia menyesali bahwa dirinya masih terlibat dalam tipu dunia.
Dua bulan kemudian Putri Desa Bunga Rontok kembali mencoba, kali ini berdandan dan mengoleskan wewangian dengan sangat hati-hati, dengan demikian ia akan mendapat kesan bahwa dirinya seorang perempuan muda tanpa daya khayal, berasal dari marga terhormat di daerah dan belum pernah melihat istana. Singkat cerita, Putri pun dapat masuk dan tinggal di Pondokkan Genji. Putri pun menyanyikan sebuah lagu cinta kesukaan pangeran. Dahulu ia sering mendengarkan lagu itu dilantunkan oleh Putri Violet. Sang pangeran seketika menjadi resah, beringsut-ingsut. Maka Putri dalam penyamaran barunya menjadi kekasih Pangeran Genji yang dahulu pernah memilikinya.
Namun, untuk kesekian kalinya Putri membuat hal yang ceroboh, tetapi pangeran Genji tidak berkata akan mengusirnya.
Putri tak henti-hentinya memukau pangeran genji dengan daya pesona yang sama yang dahulu ia tunjukan di pavilium gudik kelima.Namun laki-laki yang seumur hidupnya selalu mencari pengalaman paling istimewa sekaligus paling getir itu, hanya merasakan sebagai keakraban baru dan mengibakan hati, terjalin diantara dua makhluk dalam kelembutan cinta.
Genji pun berkata kepada putri bahwa “kau mengingatkanku pada putri biru; istri pertamaku, yang cintanya baru kuyakini ketika sehari setelah kematiannya. Kau juga mengingatkanku pada Putri dari-Pavilyun-Volubilis, yang meninggal dalam pelukanku karena rasa cemburunya, yang tidak ingin bersaing dalam mencintaiku. kau pun mengingatkanku pada ibu tirin yang teramat cantik dan istri yang teramat muda. Mereka semua telah mengajarkan dirinya arti penderitaan saat harus berselingkuh atau sebaliknya menjadi korban ketidaksetiaan.” Dari sekian banyak nama yang mengisi kenangan Pangeran Genji, hanya satu nama yang tidak ia ingat, yaitu nama Putri-Desa-Bunga-Rontok.
*********
Tema-tema yang terdapat dalam cerpen “Cinta Terakhir Pangeran Genji” tersebut adalah
*Tema Bawahan
Perayu wanita (tema organik (moral)) ; ketika Pangeran Genji sang cemerlang-perayu wanita, terhebat yang pernah menghebohkan Benua Asia-mencapai umur lima puluh tahun, ia menyadari saat menyongsong ajal telah tiba.
Karma (tema yang berhubungan dengan ketuhanan); Istriny yang ke-3 Putri Istana Barat berselingkuh dengan seorang kerabat yang masih muda, perbuatan yang sama ia lakukan semasa belia, ketika ia berlaku serong dengan istri ayahandanya, Ratu yang masih berusia remaja.
Pengasingan Diri (tema egoik); Ia lalu membagi-bagi harta kekayaannya, menghentikan hamba-hambanya, lalu bersiap menghabiskan akhir hayatnya di sebuah pertapaan yang di bangun di lereng gunung. Di perlukan waktu selama 3 hari untuk mencapai pertapaan yang terletak di jantung keliaraan pedesaan, rumah kecil itu berdiri di bawa sebuah pohon ’erable yang telah berumur lebih dari seratus tahun.
Insafnya Pangeran Genji (ketuhanan); Dari pagi buta hingga senja dalam temarannya cahaya anglo, Genji membaaca kitab suci dan menemukan kesegaran dalam ayat-ayat yang ia tidak dapatkan dalam sajak-sajak asmara yang paling mengharukan. Segera ia merasakan penglihatannya mulai berkurang, matanya esakan terbakar oleh air mata yang pernah ia curahkan bagi kekasih-kekasihnya yang rapuh, ia pun sadar, sebelum melepas nyawanya, kegelapan akan meliputi dirinya.
Mengejar Cinta Pangeran Genji (tema organik (moral)); Putri Desa-Bunga-Rontok selama delapan belas tahun mencintai pangerannya tanpa jemu menderita, dan untuk pertama kalinya ia menyewa kereta kuda sederhana, dan minta di antarkan ke pondok pangeran dalam keterasingan. Dengan malu- malu ia mendorong pintu yang terbuat dari anyaman dahan, kemudian ia berlutut dengan tawa kecil penuh kerendahan hati untuk meminta maaf atas keberadaannya. Dengan sepenuh hati Putri memohon agar    Genji mau menahannya di tempat itu, dan untuk pertama kalinya pangeran Genji tidak menunjukan rasa iba bahkan mengusirnya.
Penyamaran Putri Bunga-Rontok (tema social); Saat mendengar Genji hamper benar-benar buta ia meninggalkan pakaian kotanya lalu mengenakan jubah pendek dan kasar seperti yang lazim di pakai oleh petani-petani muda, dan mengepang rambutnya gaya gadis ladang. Ia menggendong bungkusan penuh kain dan gerabah seperti yang biasa di jual di pasar pedesaan. Dengan dandanan seperti itulah ia minta di antar ke tempat lelaki yang dengan suka rela mengasingkan diri ( Pangeran Genji ). Untuk menyelesaikan bagian terakhir perjalananya Ia berjalan kaki agar lumpur dan keletihan membantunya memainkan perannya. Namun tetap saja penyamarannya diketahui Oleh Pangeran Genji. Genji terhuyung-huyung bangkit seperti sebatang cemaraya goyang karena terlilit musim dingin dan angin. Ia berteriak dengan suara nyaring, “celakalah kau” kau dating untuk mengingatkan diriku pada kenangan-kenangan akan musuhku yang paling dahsyat, enyahlah kau……Maka pergilah Putri Desa-Bunga-Rontok dengan rasa sesal karena kesalahan yang dibuatnya. Ia pun menyesali akan tindakan buruknya dimasa lalu, berbalik Ia rasakan pula. Ketika istri ketiganya Putri Istana Barat berselingkuh dengan seorang kerabat yang masih muda. Perbuatan yang sama Ia lakukan semasa belia ketika Ia berlaku serong dengan istri ayahandanya, ratu yang masih remaja.
Pantang menyerah (egoik); Dua bulan kemudian, Putri Desa-Bunga-Rontok kembali mencoba. Kali ini Ia berdandan dan mengoleskan wewangian dengan sangat hati-hati. Dengan demikian orang lain akan mendapat kesan bahwa dirinya seorang perempuan muda tanpa daya khayal, berasal dari marga terhormat di daerah dan belum pernah melihat istana.
Penyesalan (tema ketuhanan); Penyesalan Pangeran Genji akan masa lalulnya. Ia menyadari akan segala perbuatan dimasa lalunya ketika mencapai umur lima puluh tahun, saat ajal mulai menyongsong. Ia teringat akan istri keduanya “Murasuki, Putri Violet” yang sangat Ia cintai (kendati pada saat memperistri Putri Violet melakukan banyak tindak ketidaksetiaan) telah mendahuluinya ke salah satu surga.
Nama yang terlupakan (egoik); Putri Desa-Bunga-Rontok menghempaskan tubuhnya ke lantai sambil melolong tanpa dapat menahan diri. Bagai hujan badai, air matanya yang asin merusak pipyainya. Ia lalu menggenggam dan menyentakkan rambutnya, yang berhamburan seperti bulu-bulu sutra. Satu-satunya nama yang terlupakan oleh pangeran Genji adalah namanya.
·         Tema pokok (mayor)
Cinta tak terbalas
Dalam penggambaran tema tersebut, penulis cerpen mnggambarkan tema secara eksplisit, atau tidak disebutkan secara langsung, tetapi secara tersirat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar