A. Pengertian Cerpen
1. Pengertian Cerpen
Menurut Kamus
Cerita
pendek atau sering disingkat sebagai cerpen menurut kamus adalah suatu
bentuk prosa naratif fiktif. Cerita
pendek cenderung padat dan langsung pada tujuannya dibandingkan karya-karya
fiksi yang lebih panjang, seperti novella (dalam pengertian modern)
dan novel. Karena
singkatnya, cerita-cerita pendek yang sukses mengandalkan teknik-teknik sastra
seperti tokoh, plot, tema, bahasa dan insight secara lebih luas
dibandingkan dengan fiksi yang lebih panjang. Ceritanya bisa dalam berbagai
jenis.
2. Pengertian Cerpen
Menurut Para Ahli
H.B. Jassin –Sang Paus Sastra Indonesia-
mengatakan bahwa yang disebut cerita pendek harus memiliki bagian perkenalan,
pertikaian, dan penyelesaian.
A. Bakar Hamid dalam tulisan “Pengertian Cerpen”
berpendapat bahwa yang disebut cerita pendek itu harus dilihat dari kuantitas,
yaitu banyaknya perkataan yang dipakai: antara 500-20.000 kata, adanya satu
plot, adanya satu watak, dan adanya satu kesan.
Aoh. KH, mendefinisikan bahwa cerpen adalah salah
satu ragam fiksi atau cerita rekaan yang sering disebut kisahan prosa pendek.
Allan Poe dalam
Nurgiyantoro dalam Regina Bernadette, (2006 : 1) Cerita pendek diartikan
sebagai bacaan singkat, yang dapat dibaca sekali duduk, dalam waktu setengah
sampai dua jam, genrenya mempunyai efek tunggal, karakter, plot dan setting
yang terbatas, tidak beragam dan tidak kompleks (Pengarang cerpen tidak
melukiskan seluk beluk kehidupan tokohnya secara menyeluruh, melainkan hanya
menampilkan bagian – bagian penting kehidupan tokoh yang berfungsi untuk
mendukung cerita tersebut yang juga bertujuan untuk menghemat penulisan cerita
karena terbatasnya ruang yang ada.
Turayev dalam Regina
Bernadette ( 2006 : 1 ) mengatakan bahwa, Cerita pendek bentuk karya sastra
naratif, yang menampilkan cerminan sebuah episode dalam kehidupan seorang tokoh.
Jadi, secara lebih luas dapat dikatakan bahwa penulis cerpen menampilkan jumlah
tokoh yang terbatas, tidak ada perkembangan karakter tokoh dan tidak memiliki
latar seperti apa yang terdapat dalam novel.
Dari berbagai pendapat
para ahli, rumusan-rumusan tersebut tidak sama persis, juga tidak saling
bertentangan satu sama lain. Hampir semuanya menyepakati pada satu kesimpulan
bahwa cerita pendek atau cerpen adalah cerita rekaan yang pendek. Cerpen
merupakan akronim dari cerita pendek. Karya sastra merupakan wujud dan
bentuk dari perilaku yang diciptakan, contoh karya sastra yang sederhana adalah
cerpen. Cerpen merupakan karya sastra yang menarik dan sederhana. Menceritakan
sebuah konflik secara singkat dan lugas, namun memiliki unsur-unsur sastra yang
menarik.
B. Sudut Pandang atau point
of view
1. Pengertian sudut
pandang atau point of view
Sudut pandang termasuk
unsur intrinsik dalam cerita berbentuk prosa, selain tema, alur, latar, dan
penokohan. Dibawah ini terdapat pengertian sudut pandang menurut para ahli.
Sudut pandang (titik
pandang, pusat pengisahan) merupakan posisi pencerita(narator) dalam sebuah cerita. Ada kalanya pencerita bertindak sebagai
orang pertama atau sebagai orang ketiga. Sebagai orang pertama, seorang
pencerita adalah sebagai tokoh cerita. Ia
terlibat secara langsung didalam cerita (Atmazaki, 1990:63).
Sudutpandang orang pertama melibatkan penulis.
Karena itu, seolah-olah ia mengalamisendiri
peristiwa-peristiwa di dalam sebuah cerita. Bagaimanapun jauhnya, ia berada dipusat
tindakan tokoh. Dengan demikian, posisi pembaca juga berada pada pusat tindakan
tokoh (Sukada, 1987:79).
Adapun sebagai orang ketiga, seorang
pencerita tidak muncul dalam cerita. Ia adalah
orang yang mengetahui seluruh peristiwa atau serba tahu sehingga denganleluasa ia dapat
menceritakan sebuah peristiwa yang dialami oleh para tokohnya. Sudut pandang orang
ketiga memberikan pandangan
yang tak memihak
pada para tokoh dan peristiwa-peristiwa yang
dialaminya. Para tokoh tidak dekat dan tidak berad disekitar pencerita, tetapi ia berada diluar pencerita.
Karena itu posisi pembaca pun dengansendirinya
juga berada diluar cerita (Sukada, 1987:79).
Istilah sudut pandang (point of view)
dijelaskan Perry Lubbock dalam bukunya the Craft of Fiction. Menurut Lubbock,
point of view mengandung arti hubungan antara tempat pencerita berdiri dan
ceritanya. Dia ada di dalam atau di luar cerita? hubungan ini ada dua
macam, yaitu hubungan pencerita diaan dengan ceritanya, dan hubungan pencerita
akuan dengan ceritanya (Lubbock,1965:251-257).
Sudut pandang adalah pilihan pengarang
dalam menggunakan tokoh cerita. Sudut pandangan atau Point of View yang oleh S.
Tasrif,S.H. dalam buku Teknik Mengarang, Korrie Layun Rampan (1983:29)
dijelaskan bahwa point of view digunakan pengarang untuk memilih dari sudut
mana ia akan menceritakan ceritanya. Apakah sebagai orang di luar saja,
atau apakah pengarang juga akan turut dalam cerita itu
Menurut A. Bakar Hamid dalam tulisannya
“Sudut Pandangan” adalah teknik untuk mengemukakan cerita dengan meyakinkan dan
pengarang dapat menggunakan teknik ini untuk menekankan hal-hal yang
dianggapnya penting dan menyambillalukan hal-hal yang dianggap sebagai
sampingan saja.
Sudut pandang menurut Albertine Minderop
(2005:88) pada dasarnya merupakan strategi, teknik, siasat yang sengaja dipilih
pengarang untuk mengungkapkan gagasan dan ceritanya untuk menampilkan pandangan
hidup dan tafsirannya terhadap kehidupan yang semua ini disalurkan melalui
sudut pandang tokoh.
Berdasarkan
beberapa pendapat diatas, maka
dapat disimpulkan bahwa sudut pandang adalah cara pengarang menempatkan dirinya
terhadap cerita atau dari sudut mana pengarang memandang ceritanya. Dengan
demikian, sudut pandang pada hakikatnya
merupakan teknik atau siasat yang sengaja dipilih penulis untuk menyampaikan
gagasan dan ceritanya, melalui kaca mata tokoh atau tokoh-tokoh dalam
ceritanya.
2. Jenis-jenis sudut
pandang
Diantara elemen yang tidak bisa
ditinggalkan dalam membangun cerita pendek adalah sudut pandang tokoh yang
dibangun sang pengarang. Sudut pandang tokoh ini merupakan visi pengarang yang
dijelmakan ke dalam pandangan tokoh-tokoh bercerita. Jadi sudut pandang ini
sangat erat dengan teknik bercerita.
Sudut pandang ada beberapa jenis diantaranya :
1.
Sudut pandang orang
pertama(akuan).
Sudut pandang atau disebut point
of view orang pertama. Pengarang menggunakan sudut pandang “aku” atau
“saya”. Di sini yang harus diperhatikan adalah pengarang harus netral dengan
“aku” dan “saya”nya. Gaya penceritaan akuan dibedakan menjadi dua, yaitu
a. Pencerita akuan sertaan, yaitu pencerita
akuan di mana pencerita menjadi tokoh sentral dalam cerita tersebut.
b. Pencerita akuan taksertaan, yaitu
pencerita akuan di mana pencerita tidak terlibat menjadi tokoh sentral dalam
cerita tersebut.
Pendapat mengenai jenis sudut pandang orang
pertama dikemukakan juga oleh Friedman (dalam Stevick,
1967:118) mengemukakan pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya bisa digunakan
untuk membedakan sudut pandang. Salah satu pertanyaan itu adalah siapa yang
berbicara kepada pembaca (pengarang dalam persona ketiga, atau pertama)? Perbedaan
sudut pandang yang akan saya kemukakan berikut berdasarkan atas pertanyaan
tersebut. Secara garis besar ada dua macam sudut pandang orang pertama yakni,
sudut pandang orang pertama tunggal dan sudut pandang orang pertama jamak .
Hanya kemudian dari keduanya terbentuk variasi-variasai yang memiliki
konsekuensi berbeda-beda.
1.
Sudut pandang orang pertama tunggal
Pengarang dalam sudut pandang ini
menempatkan dirinya sebagai pelaku sekaligus narator dalam ceritanya.
Menggunakan kata ganti “Aku” atau “Saya”. Namun begitu, SP ini bisa dibedakan
berdasarkan kedudukan “Aku” di dalam cerita itu. Apakah dia sebagai pelaku
utama cerita? atau hanya sebagai pelaku tambahan yang menuturkan kisah tokoh
lainnya?
a. “Aku” tokoh
utama
Pengarang menempatkan dirinya sebagai
tokoh di dalam cerita yang menjadi pelaku utama. Melalui tokoh “Aku” inilah
pengarang mengisahkan kesadaran dirinya sendiri (self consciousness);
mengisahkan peristiwa atau tindakan. Pembaca akan menerima cerita sesuai dengan
yang diketahui, didengar, dialami, dan dirasakan tokoh “Aku”. Tokoh “Aku”
menjadi narator sekaligus pusat penceritaan.
Apabila peristiwa-peristiwa di dalam
cerita anda terbangun akibat adanya konflik internal (konflik batin) akibat
dari pertentangan antara dua keinginan, keyakinan, atau harapan dari tokoh
cerita, sudut pandang ini merupakan pilihan yang tepat. Karena anda akan
leluasa mengungkapkan apa yang dirasakan dan dipikirkan oleh tokoh cerita anda.
Kebanyakan penulis yang
menggunakan sudut pandang ini, seringkali terlalu asyik menceritakan (tell)
keseluruhan cerita, tanpa berusaha menunjukkan (show) atau
memperagakannya. Akibatnya cerita menjadi kurang dramatis. Bahkan bukan tidak
mungkin, apabila anda memilih sudut pandang ini, anda akan kesulitan
memperkenalkan tokoh, apakah seorang perempuan atau lelaki.
Namun, karena cerita dituturkan oleh tokoh “Aku”, anda harus menulis
dengan bahasa tokoh “Aku”, sesuai dengan karakter yang telah anda tetapkan.
Apabila tokoh anda lebih tua atau lebih muda dari usia anda, akan mempengaruhi
bahasa yang bisa anda gunakan.
b. “Aku” tokoh tambahan
Pengarang menempatkan
dirinya sebagai pelaku dalam cerita, hanya saja kedudukannya bukan sebagai
tokoh utama. Keberadaan “Aku” di dalam cerita hanya sebagai saksi. Dengan
demikian, tokoh “Aku” bukanlah pusat pengisahan. Dia hanya bertindak sebagai
narator yang menceritakan kisah atau peristiwa yang dialami tokoh lainnya yang
menjadi tokoh utama.
2.
Sudut Pandang Orang Pertama Jamak
Bentuk sudut pandang ini
sesungguhnya hampir sama dengan sudut pandang orang pertama tunggal. Hanya saja
menggunakan kata ganti orang pertama jamak, “Kami”. Pengarang dalam sudut
pandang ini menjadi seseorang dalam cerita yang bicara mewakili beberapa orang
atau sekelompok orang. Perhatikan petikan di bawah ini.
pembaca mengikuti semua gerak dan tindakan
satu orang atau beberapa orang melalui kaca mata sebuah kelompok. Narator dalam
cerita yang berbicara mewakili kelompoknya (“Kami”), tidak pernah mengungkapkan
jati dirinya kepada pembaca, seakan-akan dia tidak mempunyai jati diri, selain
jati diri kelompoknya. sudut pandang orang pertama jamak ini bisa anda pilih,
jika anda ingin membuat cerita dengan latar sebuah komunitas kecil seperti
sekolah, masjid, keluarga, restoran, dan lain-lain. Anda bisa memusatkan
penceritaan pada seorang tokoh yang memiliki masalah dengan lingkungan
sekitarnya. Jika ini yang dipilih, maka “Kami” hanya menjadi tokoh tambahan
yang menuturkan konflik yang dialami oleh tokoh utama. Atau justru sekelompok
orang itu (“Kami”) yang memiliki masalah dengan lingkungannya.
2.
Sudut Pandang Orang Kedua
Pengarang menempatkan
dirinya sebagai narator yang sedang berbicara kepada orang lain, menggambarkan
apa-apa yang dilakukan oleh orang tersebut. Sudut pandang ini menggunakan kata
ganti orang kedua, “Kau”, “Kamu” atau “Anda” yang menjadi pusat pengisahan
dalam cerita.
Pada suut pandang ini
pembaca seolah-olah diperlakukan sebagai pelaku utama. Pembaca akan merasa
seperti seseorang yang tengah membaca kiriman surat dari kerabat atau orang
terdekatnya. Sehingga membuat pembaca menjadi merasa dekat dengan cerita,
karena seolah-oleh dialah pelaku utama dalam cerita itu.
3.
Sudut pandang orang
ketiga(diaan)
Sudut pandang ini, biasanya
pengarang menggunakan tokoh “ia”, atau “dia”. Atau bisa juga dengan menyebut
nama tokohnya; “Aisha”, “Fahri”, dan “Nurul” . Yang dimaksud sudut pandang
orang ketiga adalah sudut pandang bercerita di mana tokoh pencerita tidak
terlibat dalam peristiwa-peristiwa cerita. Sudut pandang orang ketiga ini
disebut juga gaya penceritaan diaan. Gaya pencerita diaan dibedakan menjadi
dua, yaitu
a.
Pencerita diaan serba tahu,artinya
segala sesuatu tentang semua tokoh dan peristiwa dalam cerita. Ia juga tahu apa
saja yang menjadi pikiran atau perasaan para tokohnya.
b.
Pencerita diaan terbatas, yaitu
pencerita diaan yang membatasi diri dengan memaparkan atau melukiskan lakuan
dramatik yang diamatinya. Jadi seolah-olah dia hanya melaporkan apa yang
dilihatnya saja.
Tak jarang dalam suatu
karya yang menggunakan sudut
pandang orang ketiga kita menemukan adanya giliran bicara (turn taking)
antara satu karakter dengan karakter lain. Hal ini mungkin dilakukan jika
penulis menggunakan beberapa karakter sebagai penutur. Lebih jelasnya, bisa
dilihat dari pembagian berikut:
1.
Sudut pandang orang ketiga tunggal
Dalam sudut pandang tipe ini, cerita dituturkan hanya dari satu
karakter saja.
2.
Sudut pandang orang ketiga ganda
Sudut pandang jenis ini menggunakan
perpindahan dua karakter atau lebih dalam
satu cerita. Karena digunakan dengan cara “susul-menyusul” sudut pandang
jenis ini berpotensi membuat pembaca bingung dan “capek” saat membaca. Hal ini
mungkin tak dirasakan saat membaca contoh pendek di atas namun dalam cerita
yang lebih panjang, apalagi jika melibatkan lebih banyak karakter, bisa dibayangkan
“seramai” apa jadinya.
3.
Sudut pandang orang ketiga bergantian
Dengan menggunakan sudut pandang ini,
penulis memberikan giliran bicara pada beberapa tokoh secara bergantian. Untuk
menghindarkan pembaca dari kebingungan, sudut pandang jenis ini biasanya
digunakan dalam bab atau sub bab yang berbeda. Perpindahan penuturan biasanya
ditandai dengan tanda tertentu seperti nama karakter atau tanda batas (***).
Dibandingkan dengan tipe sebelumnya, sudut
pandang ini memberikan ruang yang lebih lega bagi pembaca untuk mendengarkan
penuturan tiap karakter. Namun, sebagaimana jenis sudut pandang sebelumnya,
jumlah karakter yang bertutur sebaiknya juga dibatasi (demi kenyamanan
membaca).
4.
Sudut pandang campuran
Dalam sudut pandang ini,
pengarang membaurkan antara pendapat pengarang dan tokoh-tokohnya. Seluruh
kejadian dan aktivitas tokoh diberi komentar dan tafsiran, sehingga pembaca
mendapat gambaran mengenai tokoh dan kejadian yang diceritakan.
5. Sudut pandang yang berkuasa
Merupakan teknik yang menggunakan kekuasaan si
pengarang untuk menceritakan sesuatu sebagai pencipta. Sudut pandangan yang
berkuasa ini membuat cerita sangat informatif. Sudut pandanga ini lebih cocok
untuk cerita-cerita bertendens. Para pujangga Balai Pustaka banyak yang
menggunakan teknik ini. Jika tidak hati-hati dan piawai sudut pandangan
berkuasa akan menjadikan cerpen terasa menggurui.
Berikut adalah tabel sudut
pandang dan kata ganti orang (pronominal persona)
Persona
|
Tunggal
|
Jamak
|
Pertama
|
Saya, engkau, daku, beta,
hamba
|
Kami, kita
|
Kedua
|
Engkau,kamu,hamba, dikau
|
(Engkau, kamu,
hamba, dikau) + sekalian, kalian semua
|
Ketiga
|
Ia, dia, beliau,
Lupus, Ari, Tia
|
mereka
|
C. Analisis sudut pandang
dalam cerpen “CINTA TERAKHIR PANGERAN GENJI”
Dalam cerpen “ Cinta Terakhir pangeran Genji”
pengarang tidak hanya menggunakan satu sudut pandang saja, tapi pengarang dalam
menampilkan ceritanya menggunakan beberapa sudut pandang, yaitu orang pertama
tunggal, orang kedua tunggal, orang ketiga tunggal, orang kga jamak, dan sudut
pandang diaan serba tahu.
1.
Orang pertama tunggal, yaitu
kata aku, saya, dan –ku. Dalam cerpen ini, dalam menggunakan kata “aku, saya,
dan –ku” dalam menceritakan sosok Pangeran Genji dan Putri Desa Bunga Rontok .
Hal ini dapat terlihat dalam kutipan
cerita berikut :
1.
“Dari mana asalmu, wanita muda?
Kau pandai menyanyikan lagu yang banyak semasa mudaku? Harpa melantunkan
nada-nada lagu zaman itu izinkan aku menyentuh dawai-dawaimu.”
2.
Lalu Genji membelai rambutnya.
Sesaat kemudiaia bertanya , “sayang sekali. Bukankah suamimu lebih tampan dan
lebih muda dari aku , perempuan muda dari tanah Yamanto?”
3.
Suamiku tidak setampan dirimu ;ia tidak tampan
lebih muda , “jawab Putri Desa Bunga Rontok”
4.
“ Kau cekatan dalam lemah
lembut , perempuan muda. Kukira pangeran Genji yang dahulu sangat menikmati
kebahagiaan asama sekalipun, tak pernah memiliki kekasih selembut dirimu.”
5.
“Aku Ukifune,anak petani
So-Hei,”jawab putri tanpa melupakan logat setempat, “Aku baru saja ke kota bersama
ibuku membeli kain dan panci.
2.
Orang kedua tunggal, yaitu kata
kau dan –mu. Dalam cerpen ini pengarang menggunakan kata “kau dan –mu”, dalam
menceritakan sosok Putri Desa Bunga
rontok dan Pangeran Genji. Hal ini dapat
terlihat dalam kutipan cerita berikut :
1.
“Dari mana asalmu, wanita muda?
Kau pandai menyanyikan lagu yang banyak semasa mudaku? Harpa melantunkan nada-nada lagu
zaman itu izinkan aku menyentuh dawai-dawaimu.”
2.
“ Kau cekatan dalam lemah
lembut , perempuan muda. Kukira pangeran Genji yang dahulu sangat menikmati
kebahagiaan asama sekalipun, tak pernah memiliki kekasih selembut dirimu.”
3. Orang ketiga tunggal, yaitu kata bapak, ibu,Aristoteles
(nama-nama orang). Dalam cerpen ini
pengarang menggunakan kata “ Genji, Putri Desa Bunga Rontok, ia, dia, Putri ,”
dalam menceritakan sosok Pangeran Genji, Putri Desa Bunga Rntok, Putri
Violet,Putri Istana Barat,istri, putri biru, putri pavyliun-Volubilis,. Hal ini
dapat terlihat dalam kutipan cerita
berikut :
1. Ketika Genji Sang Cemerlang
–perayu wanita terhebat yang pernah menghebohkan benua Asia,mencapai umur 50
tahun.
2. Istrinya yang kedua
Murasaki, Putri violet yang sangat ia cintai.
3. Pikiran Genji tersiksa karena ia
sudah tidak ingat dengan jelas lagi bagaimana dahulu senyumannya begitu pula
seringainya sebelum mencucurkan air mata.
4. Istrinya yang ketiga, putri
istana barat berselingkuh dengan seorang kerabat yang measih muda.
5. Karena tak satupun mendapat
jawaban, ia lalu menyewa kereta kuda sederhana dan minta diantarkan ke pondok
pangeran dalam keterasingan.
6. Dari jauh ia mengawasi
perkembangan pengklihatan Genji seperti seorang perempuan yang dengan tidak
sabar bertemu kekasihnya, menantikan
malam gelap.
7.
“Tubuhmu kuyup , gadis,” Kata pangeran saat
tangannya menyentuh bahu putri.
4. Orang ketiga jamak, yaitu kata mereka. Dalam cerpen ini pengarang
menggunakan kata “mereka” dalam . menyatakan Hamba-hamba tua yang melayani
pangeran,Pangeran Genji dan Ratu Desa Bunga Rontok. Hal ini dapat terlihat dalam kutipan cerita berikut :
1. Mereka inilah yang
terkadang yang menyampaikan berita kepadanya.
2. Genji masih dapat mengenali wajah
tamunya, bila mereka berada sangat dekat kepadanya.
3. Setelah mereka berhenti membelai dan
mengelus, putrid berlutut dihadapan pangeran sambil berkata, “Aku telah
berbohong kepadamu, pangeran.Aku memang benar Ukifure,anak petani So-Hei,
tetapi aku tidak tersesat di gunung.
5. Sudut pandang diaan serba tahu. Artinya segala sesuatu tentang
semua tokoh dan peristiwa dalam cerita. Ia juga tahu apa saja yang menjadi
pikiran atau perasaan para tokohnya. Perhatikan kutipan berikut:
Paragraf pertama:
1.
Ketika Genji Sang Cemerlang
–perayu wanita terhebat yang pernah menghebohkan benua Asia,mencapai umur 50
tahun.. (tentang tokoh).
2.
Istrinya yang kedua Murasaki,
Putri violet yang sangat ia cintai. (perasaan tokoh)
3.
Pikiran Genji tersiksa karenea
ia sudah tidak ingat dengan jelas lagi bagaimana dahulu senyumannya begitu pula
seringainya sebelum mencucurkan air mata.(pikiran tokoh).
4.
Istrinya yang ketiga, putrid
istana barat berselingkuh dengan seorang kerabat yang measih muda.(tentang
tokoh).
Paragraf kedua:
1.
Diperlukan waktu 3 hari untuk
mencapai pertapaan yang terletak dijantung peliaran pedesaan.rumah kecil itu
berdiri dibawah sebuah pohon erable yang telah berumur lebih dari 100
tahun.Saat itu musim rontok,daun-daun pohon yang indah itu menutup atap jerami
pertapaan seolah lapisan berwarna keemasan.(perisrriwa yang diketahi
pengarang).
Paragraf keempat:
1.
Dengan perasaan getir Genji tak
dapat menahan amarahnya saat melihat perempuan itu.(pengarang menjelaskan
perasaan tokohnya).
2.
Pada saat itulah
Genji,berselubung jubah rahib sederhana,melangjkah perlahan menyusuri jalan
setapak; semua kerikil telah dengan cermat disingkirkan oleh para hamba yang
telah lanjut usia,agar kakinya tidak tersandung.kebutaan dan kerentaan membuat
wajahnya terlihat kosong,acuh tak acuh,mirip sebuah cermin keabuan yang dahulu
pernah memantulkan wajahnya yang tampan.tanpa perlu berpura-pura putrid desa
bunga rontok menitikkan air mata.(pengarang mengetahui tentang tokoh).
Paragraf tujuh:
1.
Maka putri desa bunga rontok
kembali menjadi selir pangeran Genji yang dicintainya dengan segala kerendahan
hati selama lebih dari 18 tahun.(pengarang mengetahui tentang tokoh).
Paragraf delapan:
1.
Setelah mereka berhenti
membelai dan mengelus, putrid berlutut dihadapan pangeran sambil berkata, “Aku
telah berbohong kepadamu, pangeran.Aku memang benar Ukifure,anak petani So-Hei,
tetapi aku tidak tersesat digunung.Kejayaan Pangeran Genji telah tersebar
sampai ke desa. Aku datang kemari atas kemauan sendiridan menemukan cinta dalam
pelukanmu.”Genji terhuyung-huyung bangkit, seperti sebatang cemara goyah karena
terlilit musim dingin dan angin. Ia berteriak dengan suara nyaring, “Celakalah
kau.Kau datang untuk mengingatkan diriku pada kenang-kenangan akan musuhku yang
paling dahsyat, pangeran tampan bermata lincah; setiap malam bayangannya
membuatku tak dapat memicingkan mata. Enyahlah kau ….” (pengarang mengetahui
peristiwa dalam cerita).
Paragraf sepuluh:
1.
Dua bulan kemudian,
Putri-desa-bunga-rontok kembali mencoba.Kali ini ia berdandan dan mengoleskan
wewangian dengan sangat hati-hati. Meski model pakaiannya agak sempit dan
kurang berani namun tetap luwes, ia menjaga agar minyak wanginya tidak
mengundag perhatian. (pengarang mengetahi peristiwa dalam cerita).
Paragraf duabelas:
1.
Genji bangkit berdiri untuk
menunjukkan jalan sambil meraba-raba. Tak sekalipun ia mengangkat mata untuk
memandangnya. Pertandan ini menujukan ini bahwa penglihatan sang pangeran
benar-benar telah hilang. (pengarang mengetahui tentang tokoh ).
Paragraf
tiga belas:
1.
Setelah putri merebahkan diri
iatas kasur daun-daunan kering, Genji kembali duduk di tempat ia melamun, di
ambang pintu pondok. Hatinya sedih. Ia bahkan tidak dapat melihat apakah wanita
itu berwajah cantik. (pengarang mengetahui perasaan tokoh).
Paragraf tujuh belas dan delapan belas:
1.
Sepanjang hari sang pangeran
bermuram durja. Maka putri pun menyadari bahwa untuk kedua kalinya ia membuat
langkah yang salah. Namun, Genji tidak berkata akan mengusirnya, dan tampaknya
ia merasa senang mendengar gemerisiknya gaun sutra diatas rumput. (pengarang
mengetahui perasaan tokoh).
Paragraf Sembilan belas
dan dua puluh:
1.
Musim rontok tiba. Pepohonan di
gunung berubah menjadi peri berbusana merah lembayun dan keemasan, meski
akhirnya bakal mati oleh awal udara dingin. Putri melukiskan warna-warna coklat
keabuan, coklat keemasan dan coklat keunguan kepada sang pangeran. setiap kali
ia berusaha untuk tidak menunjukan secara terbuka bahwa dirinya memberikan
pertolongan. tak henti-hentinya ia memukau pangeran Genji dengan rangkaian
kalung bunga, hidangan bercinta selera tinggi justru karena kesederhanaannya,
kata-kata baru yang menyentuh perasaan dan keharuan, dikutip dari lagu-lagu
lama. ia bahkan telah menumpahkan daya pesona yang sama yang dahulu pernah ia
tunjukan di pafilyun Gundik kelima, di tempat itulah Genji menemuinya. namun
karena pikiran sang pangeran sering melayang ke kekasihnya yang lain ia tidak
menyadarinya. (peristiwa yang diketahui pengarang).
Paragraf ke 21:
1.
pada akhir musim rontok
penyakit demam meruap dari arah rawa-rawa. serangga berkembang biak dengan
cepat di udara yang tercemar. setiap helaan nafas bagaikan air yang di teguk
dari mata air yang beracun. Genji jatuh sakit. ia berbaring di atas dari daun
kering. ia sadar dirinya tidak akan bangun lagi. ia merasa sungkan karena kelemahan
dan perawatan belas kasihan yang dilakukan putri gara-gara penyakitnya itu.
namun laki-laki yang seumur hidupnya selalu mencari pengalaman paling istimewa
sekaligus paling getir itu ( peristiwa yang diketahui pengarang). Namun
laki-laki yang seumur hidupnya selalu mencari pengalaman paling istmewa
sekaligus paling getir itu (tentang tokoh).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar